Selasa, 27 Desember 2011

Tanyalah Pada Orang Yang Tepat

Usai memenangkan sebuah pertempuran, seorang jenderal di sebuah kerajaan China kuno membawa pasukannya pulang ke kota raja. Agar cepat sampai tujuan dia memerintahkan pasukannya mengambil jalan pintas hingga tiba di pinggir sebuah sungai yang cukup lebar. Sang Jendral kemudian bertanya kepada seorang anak kecil yang sedang bermain di tempat itu.

"Nak, bisa tidak kuda-kuda saya melewati sungai ini?" tanyanya.

"Bisa," jawab anak kecil itu dengan sangat yakin.

Jendral itupun memerintahkan pasukan untuk menyeberangi sungai itu. Makin ke tengah air makin dalam hingga Jendral dan pasukan berkudanya hanyut terbawa arus. Dengan susah payah Jenderal ini menyelamatkan diri dengan berenang ke pinggir. Di pinggir sungai dia bertemu lagi dengan anak kecil tadi.

"Hei anak kecil,..! tadi kamu bilang kami bisa menyeberang sungai ini," katanya dengan penuh amarah. "Mengapa kamu bohong?"

"Saya tak tidak bohong," jawab anak kecil itu tenang. "Saya melihat kudamu besar-besar dan saya yakin kudamu bisa menyeberang. Bebek saja yang tubuhnya jauh lebih kecil bisa dengan mudah menyeberang sungai ini," jawab anak ini tanpa rasa bersalah.

Cerita Cina kuno ini juga sering terjadi pada seorang entrepereneur ketika sedang menghadapi masalah. Dia bertanya kepada seseorang yang dia anggap bisa menjawab masalahnya. Tetapi baru tahu bahwa jawabannya itu salah setelah masalah semakin dalam karena mengikuti saran itu.

Beberapa minggu lalu IIBF mengadakan workshop HOW To Debt Free. Banyak pengusaha terlilit hutang dan bercerita tentang kerugian yang dialaminya. "Pak Heppy, saya baru kehilangan uang 4,2 miliar," begitu katanya. "Kok bisa?" tanya beliau singkat.

"Uang itu saya beli property setelah mendengar saran dari seorang trainer bisnis," jawabnya.

Pengusaha ini kemudian panjang lebar menceritakan sejarah usahanya dan kronologis pertemuannya dengan trainer itu. Dari kisah pengusaha ini diketahui bahwa Sang trainer yang memberi saran itu dulunya adalah seorang professional yang dikenal sebagai ahli marketing yang sangat handal. Kemudian mengundurkan diri sebagai professional dan mendirikan sebuah lembaga training bisnis.

Trainer ini telah menolong puluhan perusahaan dengan meningkatkan angka penjualannya. Track Record ini yang membuat pengusaha tadi yakin mengikuti saran trainer itu. Padahal masalah yang dihadapinya bukan masalah penjualan tetapi keputusan untuk berinvestasi.

Atas saran Si Trainer pengusaha itu kemudian membeli property senailai 4,2 miliar dalam bentuk beberapa unit rumah. Akibatnya dia mengalami kesulitan cash flow sehingga mengganggu operasional usahanya.

Salahkah Si Trainer itu? Tidak. Dia tidak bermaksud menjerumuskan pengusaha itu. Bahkan sebaliknya ingin membantu pengusaha untuk keluar dari masalahnya.

Sama seperti anak kecil yang hampir menenggelamkan jendral dan pasukannya tadi. Anak itu tidak bermaksud menenggelamkan jendral dan pasukannya. Dia hanya menyarankan berdasarkan keyakinannya saja setelah membandingkan antara kuda dan bebek. Tetapi dia sendiri tidak pernah mengalami langsung bagaimana caranya menyeberangi sungai itu. Apalagi sampai mengetahui kedalaman air dan kekuatan arusnya.

Agar tidak mengalami hal yang sama seperti jendral itu maka kita harus bertanya kepada orang yang tepat sesuai dengan masalah yang kita hadapi. Ketika saya mengalami kejatuhan usaha dan terlilit utang yang cukup besar saya memutuskan mencari seorang mentor bisnis.( bukan orang yang sekedar mengetahui ilmu atau pengamat, tetapi orang yang sudah melalui proses tersebut dan berhasil).

Pak Heppy pernah berkata dan saya ingat, " mencari ilmu itu harus dengan ilmu". Dengan nasehat singkat itu membuat saya selalu berupaya untuk mencari orang yang tepat untuk bertanya tentang masalah bisnis saya.
Ada yang namanya guru , bisa mentransfer ilmu walau belum pernah mengalami,
Beliau banyak mendapatkan banyak belajar dari buku dan seminar2.
Ada yang namanya pelatih/coach ( membantu mengamati dari helikopter view dan motivator)Ibaratnya kita masang lukisan didinding akan lebih cepat jika dibantu diperhatikan ketepatan pemasangannnya biar gak repot turun naik.

Ada lagi yang namanya mentor, orang yang sudah mengalami prosesnya dan berhasil. Mungkin kalau nanya saran pengalaman strategi terbaik jauh lebih tepat ke dia daripada guru atau coach. Beliau bisa bercerita dalam kondisi apa hal itu bisa dilakukan. Bukan meminta kita coba2 praktek yang dia gak faham. Dan mungkin dia bukan penyampai pesan yang baik seperti guru, tapi tidak ada salahnya kita memiliki mentor juga selain guru dan pelatih.